Halaman

Minggu, 12 November 2017

Bagian – Bagian Dari Mesin CNC TU2A

1.    Motor Utama
Motor  utama adalah  motor  penggerak  cekam  untuk  benda kerja. Motor ini adalah  jenis  motor  arus  searah  DC   (Direct Current) dengan  kecepatan putaran  yang  variable. Adapun  data  teknis  motor  sebagai  berikut:
v  Jenjang  putaran  600-4.000 rpm
Power  Input 500 watt

Power  output 300 watt

1.    Eretan / Support

Eretan digunakan untuk dudukan rumah pahat dan menentukan arah gerakan penyayatan.Arah gerakan penyayatan gerakan dapat sejajar, tegak lurus atau miring terhadap sumbu utama. Arah gerakan penyayatan pada mesin bubut CNC TU - 2A merupakan gerak persumbuan  jalannya  mesin  yang  diberi  lambang  sebagai  berikut :
1.      Eretan  gerakan  memanjang  sejajar  sumbu  utama  diberi  lambang Z, dengan jarak lintasan 0 - 300 mm.
2.      Eretan gerakan melintang tegak lurus sumbu utama diberi lambang X, dengan jarak lintasan 0 - 50 mm.
3.    Step Motor
Step motor berfungsi untuk menggerakkan eretan,yaitu gerakan sumbu X dan gerakan sumbu Z. Tiap – tiap eretan memiliki step motor sendiri – sendiri, adapun data teknis motor sebagai berikut :
ü  Jumlah putaran 72 mm/menit.
ü  Momen putar 0,5 Nm

4.    Rumah Alat Potong (revolver/toolturret)
Rumah alat potong  berfungsi sebagai penjepit alat potong pada saat proses pengerjaan benda kerja. Adapun alat yang digunakan di sebut revolver atau toolturret, revolver digerakkan oleh step motor sehingga bisa digerakkan secara manual maupun terprogram. Pada revolver bisa dipasang enam alat potong sekaligus yang terbagi menjadi dua bagian berikut :
v  Tiga tempat untuk jenis alat potong luar dengan ukuran 12 x 12mm, missal pahat kanan luar, pahat potong, pahat ulir dll.
dalam dengan maksimum diameter 8mm, misal : pahat kanan dalam, bor, center driil, pahat ulir dalam dll.

5.    Cekam
Cekam pada mesin bubut berfungsi untuk menjepit benda kerja pada saat proses penyayatan berlangsung. Kecepatan spindle mesin bubut ini diatur menggunakan transmisi sabuk. Pada system transmisi sabuk dibagi menjadi enam transmisi penggerak.
6.    Meja Mesin
Meja mesin atau sliding bed sangat mempengaruhi baik buruknya hasil pekerjaan menggunakan mesin bubut ini, hal ini dikarenakan gerakan memanjang eretan (gerakan sumbu z) tertumpu pada kondisi sliding bed ini. Jika kondisi sliding bed sudah aus atau cacat bisa dipastikan hasil pembubutan menggunakan mesin ini tidak akan maksimal, bahkan benda juga berlaku apda mesin bubut konvensional.

7.    Kepala Lepas
Kepala lepas berfungsi sebagai tempat pemasangan center putar pada saat proses pembubutan benda kerja yang relative panjang. Padakepal lepas ini bisa dipasang pencekam bor, dengan diameter mata bor maksimum 8mm. untuk mata bor dengan diameter lebih dari 8mm, ekor mata bor harus memenuhi syarat ketirusan MT1.

8. Bagian Terkendali/Control
Bagian pengendali/control merupakan bok control mesin CNC  yang berisikan tombol -tombol dan saklar serta dilengkapi dengan monitor. Pada bok control merupakan unsure layanan langsung yang berhubungan dengan operator. Gamabar berikut menunjukan secara visual dengan nama-nama bagian sebagai berikut :

9. Tool Turet
Tool turet berfungsi untuk menggerakkan revolver atau digerakkan oleh step motor sehingga bisa digerakkan secara manual maupun terprogram. Pada revolver bisa dipasang enam alat potong sekaligus yang terbagi menjadi dua bagian 

Mesin Bubut CNC TU2A dan prinsip kerja mesin bubut CNC TU2A

Mesin  Bubut  CNC  TU-2A  adalah  mesin  bubut  CNC  yang  digunakan  dalam  pelatihan-pelatihan permesinan. Salah  satu  yang  sering  digunakan  adalah  Emco TU-2A buatan Emco Austria,berupa  mesin  perkakas  CNC  untuk  simulasi  proses pembubutan.


Prinsip  Kerja  Mesin  Bubut  CNC TU 2A

Mesin CNC TU 2A mempunyai prinsip gerakan dasar seperti halnya mesin bubut konvensional yaitu gerakan dasar ke arah melintang dan horizontal dengan system koordinat sumbu x dan sumbu z. prinsip kerja bubut CNC TU 2A adalah benda kerja terpasang pada chuck berputar searah alat potong. Untuk arah gerakan pada mesin bubut di beri lambang sebagai berikut :
  • Sumbu x untuk daerah gerakan melintang, arah tegak lurus terhadap sumbu
  • Sumbu Z untuk daerah gerakan memanjang, arah sejajar terhadap sumbu putar.

Mesin  bubut CNC TU 2A secara garis besar dapat digolongkan  menjadi dua sebagai berikut:
1.      Mesin bubut CNC Training Unit (CNC TU ).
2.      Mesin bubut CNC Production Unit ( CNC PU ).
Kedua mesin tersebut mempunyai prinsip kerja yang sama, tetapi yang membedakan kedua tipe mesin tersebut adalah penggunaanya dilapangan, CNC TU  digunakan untuk pelatihan dasar pemrograman dan pengoperasian CNC yang dilengkapi dengan EPS (external programming system). Mesin CNC jenis Training Unithanya mampu dipergunakan untuk pekerjaan ringan dengan bahan yang relative lunak. Sedangkan mesin  CNC PU  dipergunakan untuk produksi massal. Mesin ini dilengkapi  dengan assesoris  tambahan seperti sistem pembuka otomatis yang menerapkan prinsip kerja hidrolik, pembuangan total dll. Gerakan  mesin bubut CNC dikontrol oleh computer, sehingga semua gerakan yang berjalan sesuai dengan program yang diberikan, keuntungan dari sistem ini adalah memungkinkan mesin untuk diperintah mengulang gerakan yang sama secara terus menerus dengan tingkat ketelitian yang sama pula.

Sabtu, 11 November 2017

Sistem pengapian DLI (Distributor Less Ignition)

Artinya sistem pengapian tanpa melibatkan distributor, merupakan sistem pengapian yang telah terkontrol oleh computer, pada sistem ini telah menggunakan EFI. Pengontrolan pengapian dilakukan oleh electronic control unit (ECU), dengan menghilangkan distributor maka akan meningkatkan relibilitas system pengapian dengan mengurangi sejumlah komponen mekanik, prinsip kerja DLI sama dengan pengapian konvensional.
perbedaan utama pada sistem pengapian konvensional dan DLI adalah media pemutusan arus. pada sistem pengapian konvensional, pemutusan arus dilakukan oleh platina pada sudut tertentu. sedangkan pada sistem pengapian DLI media pemutusan arus dilakukan oleh igniter pada coil pack atas perintah ECM dengan bantuan beberapa sensor.
Keuntungan ;
·         Karena tidak menggunakan platina, maka pada DLI tidak memerlukan penyetelan.
·         Efisiensi juga baik
·         Pembakaran lebih akurat
·         Jarang menimbulkan masalah
Kekurangan ;
·         Melibatkan rangkaian elektronik rumit
·         Walaupun jarang bermasalah, sekali bermasalah butuh scanner untuk mendeteksi
·         Harga komponen relatif mahal
Pada umumnya DLI bekerja dengan mengganti fungsi distributor dan platina pada mesin konvensional menggunakan komponen elektronik. Sehingga keduanya memiliki prinsip yang sama namun, pada DLI penyaluran bunga api berlangsung secara elektrik.
Pada saat kontak di posisi ON  battery mensuplai arus ke ECM dan Coil pack, sehingga terdapat arus stand by di coil sekunder. Ckp akan mengirimkan data RPM mesin, sedangkan CMP mengirimkan data posisi top silinder satu.

Sinyal kemudian dikirim ke ECM untuk dikelola bersama data-data dari sensor lain untuk menentukan timing pengapian sesuai kondisi mesin. Hasil output dari ECM berupa sinyal tegangan yang dikirim ke ICM. Sedangkan pada pengapian konvensional platina akan memutuskan arus primer saat posisi top. Tapi pada DLI, ECM yang akan memutuskan arus primer saat posisi top. Tegangan coil sekunder di salurkan ke spark plug untuk pemercikan api di masing-masing silinder, tedapat dua tipe rangkaian yang umum digunakan pada mobil yaitu dual coil pack dan single coil pack.

Sistem pengapian transistor

Pada prinsipnya sistem ini sama dengan sistem pengapian konvensional, yang membedakan adalah platina sudah tidak digunkan melainkan sebuah transistor. Fungsinya untuk menggantikan peran platina, biasanya dikenal dengan sistem pengapian elektronik.
Sistem pengapian transistor memanfaatkan komponen transistor sebagai saklar elektronik untuk pemutus arus premier dan mengasilkan induksi eletromagnetik.
Sistem pengaian pada mobil ini di perkenalkan pada tahun 1955 oleh Lucas, saat itu mdel pengapian ini digunakan pada mobil BRM dan Conventry Climax F1, masih banyak memanfaatkan komponen mekanikal pada sistem pengapian konvensional.
Pengapian sistem transistor (eletronik) dibagi menjadi dua macam:
·         Sistem pengapian semi transistor
Sistem ini masih menggunakan kontak platina. Namun bukan berfungsi untuk memutus arus primer coil, melainkan untuk memutuskan arus menuju kaki basis pada transistor.
·         Sistem pengapian fully transistor
Sistem kedua sudah tidak menggunakan platina atau murni pengapian elektrik. Untuk memutuskan arus pada kaki basis, digunakan alat berupa igniter yang akan mengirimkan sinyak sesuai timing pengapian untuk memutuskan arus pada kaki basis transistor
Prinsip kerja pengapian transistor (elektronik) pada mobil hampir sama dengan pengapian konvensional dan perbedaan terletak pada cara pemutusan arus primer. Namun baik pengapian semi transistor dan pengapian fully transistor memiliki perbedaan cara kerja, pada pengapian semi transistor Saat mesin berputar, cam didalam distributor juga ikut berputar. Hal itu menyebabkan platina dalam kondisi terbuka dan tertutup. Saat platina dalam kondisi terbuka atau terputus, arus listrik yang menuju kaki basis juga ikut terputus. Sehingga kaki kolektor dan emitor juga ikut terputus. Sedangkan pada fully transistor pulse igniter sebagai pengganti peran platina sebagai pemutus dan pembuka aliran arus listik.

Sistem pengapian konvensional

Model ini merupakan sistem pengapian pada mobil yang pertama kali di rancang, sistem ini mengandalkan meknikal distribustor dan platina sebagai inti dari penyaluran percikan api sehingga terjadi pembakaran di ruang bakar. Model ini menjadi dasar sistem pengapian seperti CDI dan DLI. Prinsip dasarnya adalah sebuah rangkaian mekatronika yang bertujuan untuk membangkitkan percikan api pada busi, dengan memanfaatkan energi listrik bertegangan tinggi yang didapat dari proses induksi pada coil.
Didalam coil terdapat dua kumparan yaitu kumparan primer dan sekunder, keduanya memiliki input arus listrik yang sama, akan tetapi untuk outputnya berbeda. Jadi kumparan primer memiliki output yang mengarah ke rangkaian pemutus arus sedangkan sekuder memiliki output mengarah ke busi.
Pada sistem ini banyak digunakan pada mobil lawas seperti kijang generasi awal dan colt. Cara kerja sistem pengapian konvensional cukup sederhana. Pada saat kontak berada di posisi ON , maka arus listrik dari battery atau accu mengalir ke coil dan keluar menuju platina. Dalam hal ini posisi mesin belum berputar atau belum starting maka dari platina akan menghubungkan arus ke massa, sehingga menimbulkan kemagnetan pada kumparan primer.
Saat mesin starting atau kalian mendengar suara mesin, platina akan terputus saat cam menyentuh kaki platina. Sehingga terjadi  kemagnetan pada kumparan primer bergerak  ke kumparan sekunder untuk menghasilakn tegangan tinggi yang di salurkan langsung ke busi untuk proses pemercikan api sebagai api pembakaran, namun percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja.
Untuk melengkapi kinerja pada sistim ini terdapat beberapa komponen yang di dominasi dari komponen mekanikal, diantaranya adalah :
·         Battery / Accu
·         Ignition coil /Coil
·         Distributor
·         Busi
Kinerja sistem pengapian sangat besar pengaruhnya terhadap kesempurnaan proses pembakaran di dalam silinder, dengan sistem pengapian yang baik akan diperoleh performa mesin optimal dan pemakaian bahan bakar yang hemat. Kendala pada sistem pengapian konvensional pada mobil berbahn bakar bensin paling sering terjadi dibandingkan sistem lain. Bisanya kendala yang terjadi antara lain mesin tidak mau hidup, mesin sulit hidup karena percikan api di busi kecil sampai hal yang paling sering dalah ledakan di kenalpot.
Biasanya hal tersebut di sebabkan oleh komponen sistem pengapian yang cepat kotor adalah busi, platina, ujung rotor dan terminal pada tutup distributor, sehingga perlu dilakukan perawatan secara berkala. Bagian-bagian tersebut perlu diperiksa dan dibersihkan kotorannya menggunakan amplas. Komponen sistem pengapian yang perlu diberi pelumas adalah Nok dan Rubbing block, Poros Nok dan Centrifugal Advancer. Serta penyetelan sistem pengapian meliputi penyetelan celah busi, celah platina atau besar sudut dwell, dan penyetelan saat pengapian.

sistem pengapian pada mobil dan fungsinya

Banyak yang belum tahu ataupun mengerti dengan sistem pengapian pada mobil, padahal sistem pengapian pada mobil ini sangatlah penting agar mobil dapat menyala.
Agar mobil dapat menyala, dilakukan pembakaran dari ruang bakar dengan percampuran antara bensin dan udara sehingga mobil mempunyai tenaga dan bisa bergerak selain itu didukung oleh beberapa komponen sistem pengapian lainnya, oleh karena itu sistem pengapian mempunyai peranan yang penting.
Jadi sistem pengapian adalah untuk membangkitkan bunga api pada busi ketika piston mencapai titik mati atas yang akhinya terjadi pembakaran yang menghasilkan gerak dan tenaga, Sistim pengapian yang digunakan adalah sistim pengapian listrik, dimana untuk menghasilkan percikan api digunakan tegangan listrik sebagai pemercik api, listrik diambil dari baterai
Di dalam sistem pengapian terdapat beberapa komponen penting. Adapun komponen dalam sistem pengapian antara lain :
·         Battery / Accu
Di gunakan sebagai penyedia arus listrik tegangan rendah (12 Volt) untuk coil
·         Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi menghubungkan memutuskan aliran listrik dari baterai ke ignition coil
·         Koil
Berfungsi menaikkan tegang listrik yang di terima dari baterai menjadi tekanan tinggi sekitar 10.000 – 20.000 Volt yang di perlukan untuk pengapian. Untuk meninggikan tegangan listrik tersebut pada koil terdapat 2 kumparan dan ke dua kumparan melilit pada inti besi yang terbuat dari baja silicon tipis yang di gulung ketat, yaitu :
Kumparan Primer (Primary Coil)
Kumparan Sekunder (Secondary Coil)
·         Distributor
Berfungsi membagi-bagikan arus yang  bertegangan tinggi dari ignition coil ke busi – busi yang terdapat pada setiap silinder.
·         Kabel tegangan tinggi / kabel busi
Fungsi kabel busi adalah menghantarkan listrik dari koil mobil ke busi sehingga dari aliran listrik tersebut dapat dihasilkan percikan bunga api oleh suku cadang busi untuk membantu agar mesin kendaraan dapat berjalan dengan lancar serta maksimal.
·         Busi
Busi berfungsi menghasilkan bunga api listrik antara kedua elektrodanya untuk membakar campuran gas pada ruang bakar. Percikan bunga api ini diperoleh dari tegangan tinggi yang dihasilkan igntion coil.
Ada beberapa metode diperlukan untuk menghasilkan arus tegangan tinggi yang dibutuhkan pada saat proses pembakaran. Sistem pengapian pada mobil berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi 10KV atau lebih dengan mempergunakan ignition coil dan kemudian oleh distributor di bagi-bagi ke busi sehingga terjadinya percikan api yang disalurkan melalui kabel tegangan tinggi, ignition coil atau biasa di sebut dengan koil merupakan komponen inti dari sistem pengapian yang berfungsi untuk menghasilkan listrik bertegangan tinggi sehingga tejadinya proses tersebut.
Diilhat dari tipe pengapian, sistem pengapian memiliki beberapa jenis dengan perbedaan dari cara kerjanya, akan tetapi pada prisnsipnya sama-sama menggunakan induksi elektromagnetik.

(baca selengkapnya)
1.sistem pengapian konversional
2.sistem pengapian transistor
3.Sistem pengapian DLI (Distributor Less Ignition)

sistem pendingin oli pada kendaraan

Sebenarnya bukanlah sebagai pendingin mesin utama, namun sangat berguna untuk tetap menjaga kondisi mesin tetap pada suhu kerja idealnya.

Sistem pendingin oli secara mendasar berfungsi mendinginkan oli pelumas mesin agar suhunya tetap terjaga sehingga kekentalannya tetap dapat melumasi mesin sebagaimana mestinya. 

Karena oli berfungsi melumasi area gesek dari komponen mesin, seperti poros engkol, piston dan silinder, maka oli juga berpotensi menjadi panas. Oli yang panas, viskositasnya akan berubah menjadi lebih encer sehingga kemampuannya melumasi mesin menjadi kurang maksimal.

Untuk itu, oli pada mesin perlu didinginkan dengan sistem pendingin oli yang secara konstruksi hampir mirip dengan sistem pendingin air. Dengan menggunakan radiator yang biasanya berukuran lebih kecil dari radiator pendingin air.

Sistem pendingin oli dapat ditemukan pada motor Satria FU, namun pada blok mesinnya tetap mengandalkan sirip pendingin udara sebagai pelepas panas yang dihasilkan blok mesin.

Sistem pendingin oli dapat berfungsi sebagai pendukung sistem pendingin utama (sistem pendingi air / udara) untuk menjaga suhu mesin tetap optimal. Ketika suhu oli tetap terjaga secara tidak langsung suhu mesin juga tetap terkondisikan dengan baik karena oli yang kembali ke mesin dalam kondisi dingin yang otomatis akan membantu mendinginkan area mesin yang dilewatinya.

sistem pendingin udara pada kendaraan

Pada sistem ini panas yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar dan udara di dalam silinder sebagian dirambatkan keluar melalui sirip-sirip pendingin yang dipasang di luar silinder dan ruang bakar tersebut. Panas tersebut selanjutnya diserap oleh udara luar yang temperaturnya jauh lebih rendah dibanding temperatur sirip pendingin. Untuk daerah mesin yang temperaturnya tinggi yaitu di sekitar ruang bakar diberi sirip pendingin yang lebih panjang dibanding di daerah sekitar silinder.


Sistem Pendingin Udara


Udara yang menyerap panas dari sirip-sirip pendingin harus berbentuk aliran atau udaranya harus mengalir agar temperatur di sekitar sirip tetap rendah sehingga penyerapan panas tetap berlangsung secara sempurna. Aliran uadara ini kecepatannya harus sebanding dengan kecepatan putar  mesin agar temperatur ideal mesin dapat tercapai sehingga pendinginan dapat berlangsung dengan sempurna.



Untuk menciptakan aliran udara, ada dua cara yang dapat ditempuh yaitu menggerakkan udara atau siripnya. Apabila sirip pendinginnya yang digerakkan berarti mesinnya harus bergerak seperti mesin yang dipakai pada sepeda motor. Untuk mesin-mesin stasioner dan mesin-mesin yang penempatannya sedemikian rupa sehingga sulit untuk mendapatkan aliran udara, maka diperlukan blower yang fungsinya untuk menghembuskan udara. Penempatan blower yang digerakkan oleh poros engkol memungkinkan aliran udara yang sebanding dengan putaran mesin sehingga proses pendinginan dapat berlangsung sempurna.